Minggu, 23 Juni 2013

Tirai Kehidupan



Tentu sakit rasanya ketika seseorang yang kita cintai, namun tidak dibalasnya. Tapi, akan lebih menyakitkan lagi saat kita mencintai seseorang tapi kita tidak menemukan keberanian untuk mengungkapkan apa yang kita rasa. Dan sebuah hal yang menyedihkan, “ketika kita bertemu dengan seseorang yang sangat berarti untuk kita, hanya untuk mengetahui pada akhirnya dia tidak ditakdirkan untuk hidup bersama kita, sehingga kita harus berusaha merelakannya pergi dan berlalu,…”

Kita tidak akan pernah tahu, apa yang telah kita dapatkan sampai kita kehilangannya. Dan sebaliknya, kita juga tidak akan tahu apa yang telah hilang hingga hal tersebut datang dan menghampiri kita. Bermimpilah apa yang ingin kita impikan. Pergilah, ketempat yang ingin kita inginkan. Jadilah sosok yang ingin kita inginkan, karena kita hanya memiliki sebuah kehidupan, dan sebuah kesempatan, untuk dapat melakukan semua hal yang kita inginkan.

Letakkan diri kita seperti halnya orang lain, jika kita merasa hal yang akan kita lakukan akan menyakiti diri kita. boleh jadi, hal tesebut akan menyakiti orang lain juga. Kata-kata yang tanpa perhitungan, bisa jadi pemicu pertengkaran. Perkataan yang kejam dapat menghancurkan kehidupan. Sebuah kata yang tidak tepat, mampu menambah beban batin seseorang. Dan sebuah kata yang penuh dengan cinta kasih mungkin dapat menyembuhkan luka hati yang pernah ada....

“Orang yang paling bahagia, adalah mereka yang tidak selalu merasa membutuhkan semua hal yang terbaik. Tapi mereka yang mampu mengubah semua hal menjadi terbaik bagi mereka yang berlalu dalam hidupnya”

:: Cinta bermula dengan sebuah senyuman, dan akan berakhir dengan airmata. Selalu seperti itu,… Seperti halnya ketika kita terlahir kedunia,… orang-orang disekitar kita menyambut dengan tersenyum bahagia,… dan ketika kita meninggalkan dunia ini, mereka hanya mampu menangisi kepergian kita,…

Just a Feeling



Setiap dari kita pasti pernah merasakan kekecewaan, kegagalan, kefrustasian, dan keterasingan. Dan terkadang semua itu datang berbarengan, membuat kita merasa dunia seakan menjadi runtuh. Lalu bersama itu, segala sesuatu yang kita lihat berubah menjadi negatif. Semua terasa berantakan.

Tapi coba saja kita melihat dari sisi yang lain, melakukan sesuatu yang positif. Meskipun itu hanya menyapu halaman dipinggiran hati. Lakukan apa yang bisa kita lakukan, dimana kitalah penguasa hidup kita sendiri.

Bukalah jalan yang sempat membuat kita terasa begitu kecil, membuat kita sibuk dengan diri kita sendiri. Padahal, bukannya hidup untuk berbagi? Berbagi dengan orang lain. Orang lain tercipta untuk memperbaiki hidup kita. Now, time to explore,… giliran kita memperbaiki hidup kita lewat orang lain.

Tanpa mengurangi keikhlasan hati, hitunglah kebaikan yang kita peroleh, banyak hal baik yang kita sendiri lupa untuk mensyukurinya. Hargai dan bersyukurlah atas tempat tinggal kita, atas nikmat kesehatan, atas keluarga kita, pengalaman hidup kita, teman-teman kita, ilmu , dan hidup yang kita miliki.

Hadapilah kehidupan dengan sabar dan keikhlasan. Dan arahkan setiap masalah yang datang dengan sesuatu yang dapat menuntun kita untuk berbuat yang lebih baik.
Positif atau negatif, semuanya hanya berada dipikiran kita.


:: 23 Juni 2013/13 Sya’ban 1434
:: Robby (Oscari Surya) Prama Yudha _Keep Istiqomah

Minggu, 16 Juni 2013

Nyanyian Putih-Merah

To: My Beloved Ranger-Friends,...

Baru saja berakhir, Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban, Kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan, Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini, Tak akan bisa di beli
Melawan keterbatasan, Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi, Hingga sedih tak mau datang lagi

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Janganlah berganti, Tetaplah seperti ini,...

------------------------------------------------

Walau kini pijakkan kita berbeda. tapi disini, bekas tumpuan itu masih membekas,... Selalu,...
:: Semoga Kalian bahagia, Sahabat,....

Kamis, 13 Juni 2013

Tentang Kehidupan


Kehidupan, . . .
Apa yang kamu tahu?
Sejauh mana?
Ceritakan padaku,…. Tentang Hidup adalah pilihan,…

Selalu dan akan selalu, kehidupan akan memberi kita pilihan. Apa saja, kapan saja dan dalam situasi yang beraneka. Hanya terkadang karena pesimis, rasa takut, kebimbangan, dan keragu-raguan,…malah menghalangi langkah kita. Seperti dua bibit tanaman yang terhampar disebuah ladang yang subur. bibit yang pertama berkata “Aku ingin tumbuh besar, akan aku jejakkan akarku dalam-dalam dan menjulangkan tunasku diatas kerasnya tanah ini. Aku ingin bentangkan semua tunas-tunasku, akan kusampaikan salam hangat pada musim semi nanti. Merasakan hangatnya matahari, dan kelembutan embun dipagi hari, dipucut-pucut daunku". Dan bibit pertama itu kemudian tumbuh menjulang.

Bibit yang kedua malah bergumam, “Aku takut!!,.. jika ku tancapkan akarku  kedalam tanah ini aku tidak tahu apa yang akan aku temui nanti? bukankah didalam sana gelap? dan jika aku teroboskan tunasku keatas, bukannya nanti keindahan tunasku akan menghilang? Tunasku akan terkoyak, dan ketika aku tumbuh dan merekah semua anak kecil malah akan mencabutku dari tanah. Tidak,..tidak!! Akan lebih baik mungkin kalau aku menunggu sampai semua menjadi aman". Dan bibit kedua menunggu, dan menunggu dalam kesendiriannya. Lalu, sampai suatu ketika saat seekor ayam mengais tanah, ia menemukan bibit kedua tadi lalu menatoknya,… bibit itu mati sebelum sempat tumbuh,…

Hhh,… Hidup adalah pilihan, dalam hal apapun, pilihan itu selalu ada, selalu ada peran-peran yang harus kita jalani. Hanya saja tidak jarang kita perperangkap dalam labirin kepesimisan, ketakutan akan apa yang terjadi nanti, was-was yang berlebih, takut menerima realita yang tidak sesuai dengan harapan, yang sebenarnya kesemua itu adalah hal yang kita sendiri ciptakan,..kita juga sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tidak mau melangkah, tidak mau menapaki hidup, dengan alasan apapun itu, Hidup adalah pilihan bukan? Jadi hadapilah dengan tegas. Dan,… karena hidup ini adalah pilihan, pilihlah dengan bijak,…

Terima Kasih Bijaksana


Senin, 10 Juni 2013

Terima Kasih Bijaksana

Kurang lebih setahun yang lalu. Tepat di liburan semester ganjil. Kedua orang tuaku mengajakku untuk berlibur,sekalian bersilahturahmi dengan keluarga disana dan sekaligus untuk berobat buat ayah yang merasa penglihatannya mulai terganggu.


Disela waktu, ayah mengajakku untuk menonton pertandingan bola. Tentu saja kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Sore itu, bertepatan dengan pertandingan tuan rumah PERSISAM Samarinda VS PERSIB Bandung, jelas saja pertandingannya sangat seru gemuruh stadion menggem amenyuarakan tim kesayangannya dengan warna orange dominan dibangku penonton.


Pertandinganpun berjalan, keduanya saling beradu skill, mengatur strategi, dan menyerang tanpa lelah. Sampai suatu ketika, saat seorang pemain mendapat umpan dari temannya. Dengan tangkas, derasnya laju bola ia hentikan, lalu ia mengiringnya sambil menjaga dari sergapan lawan. Satu persatu pemain belakang yang mendekat berhasil ia kecohkan. Sampai memaksa penjaga gawang maju untuk menghadang, namun dengan lihai bola dikakinya ia belokkan memutar sekaligus mengecoh penjaga gawang .alhasil, ia melaluinya.

Dengan begitu, gawang tidak berpenghuni lagi. Tersisa ia dan gawang yang kosong. Melihat itu penonton semakin menggemuru lantang “Gol!,..Gol!!,…” dengan serentak mereka melontarkan kalimat yang sama, terus menerus.

Waktu yang berputar seraya seakan terhenti ketika pemain itu memutuskan untuk menendangnya. Terbawa oleh suasana detak jantungku turut terhenti ketika tendangan dari pemain itu melenceng tipis di atas mistar gawang.

Dengan spontan dan kesal,  seisi stadion meneriaki pemain itu “Huh, dasar goblok. Masa begitu saja tidak gol”akupun turut mengadilinya” Huhh pacce, gawang kosong lagi,…” ayah yang duduk tepat disebelah hanya tersenyum, lalu berkata “Kita bisa mengatakan itu, karena kita tidak merasakan apa yang pemain tadi rasakan, kita juga tidak melihat apa yang pemain tadi lihat, dan juga tidak mendengar apa yang ia dengar. Mungkin saja gawang yang begitu besar dan kosong seakan menjadi lubang semut dimata pemain itu, riak penonton seolah jarum yang jatuh saat kamu larut dalam keseriusan dan sebenarnya kita tidak punya hak mengadili atau menghakimi sesuatu jika kita tidak terlibat didalamnya”.


Sewaktu jeda babak pertama, para komentator ramai menjelaskan berbagai analisanya bagaimana peluang tadi tidak membuahkan gol. Dan rata-rata dari mereka menjelaskan seolah-olah lebih pintar dari pemain atau malah dari pelatihnya sekalipun.
Komentar apapun, sebenarnya tidak merubah apapun. Karena mereka tidak terlibat didalamnya,sama sekali tidak!!. Mereka tidak merasakan pertandingan yang sesungguhnya. Yang dapat merubah hasil pertandingan yah hanya pemain, bukan orang lain.

:: Hal klasik yang sering terjadi, tapi kalaulah kita memikirkan lebih dalam dari biasanya. Ada nilai yang bisa kita tarik lalu lekatkan dalam dada, Hhhh, tentang bagaimana kita tidak mudah menyalahkan orang lain atau malah mencari kesalahan orang lain,ketika iya berbuat sesuatu. Karena toh, kita tidak mengalaminya dan kita tidak tahu secara pasti karena memang kita tidak merasakannya secara langsung.                  

Untuk menampik jika kita dikritik: Si gelas kaca, pernah berpesan -D "senang atau kecewa karena dikritik adalah akibat dari reaksi mental. bukan karena kritik itu memiliki kebenaran tertentu,..."

Ceremonial-Labyrinth 21

Angry and Love



Seorang mempertanyakan tentang mengapa ketika seseorang dalam keadaan marah ia akan selalu berbicara dengan nada yang tinggi atau bahkan berteriak?


::seorang teman yang sudah lama memikirkannya lalu berusaham enjawab, ”karena disaat itu ia telah kehilangan kesabarannya, karena itu mereka berteriak”.

Lalu teman yang lain balik bertanya, tapi mengapa harus berteriak? Apakah ia tidak dapat berbicara dengan baik-baik.
Tiap dari kami menjawab dengan jawaban yang benar menurut kami. tapi, tidak satupun jawaban yang memuaskan bagi sipenanya. Melihat hal itu, penanya tadi lantas berkata,…. Ketika dua orang sedang berada dalam kemarahan, jarak antara kedua hati mereka akan menjadi amat jauh. Walaupun secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang begitu jauh mereka harus saling berteriak satu sama lain. Tapi anehnya semakin keras mereka berteriak semakin pula merek amarah. Dan dengan sendirinya, jarak hati antara keduanya menjadi lebih jauh lagi…. Sehingga suara itu semakin menjadi-jadi


:: Bagaimana dengan CINTA? Adakah teriakkan didalamnya?  -saya yakin, jawaban kita akan selalu sama.
180 derajat bedanya dari kemarahan, sebaliknya yang terjadi dengan dua orang yang sedang jatuh cinta. Mereka tidak butuh teriakan. Ketika mereka bicara, suara yang keluar diantara mereka begitu halus dan lembut. Sehalus apapun itu. Kedua akan selalu dapat mendengarkan dengan begitu jelas. Hayyo, mengapa demikian??


Tentusaja, karena hati mereka begitu dekat, hati mereka sama sekali tak punya jarak. Pada akhirnya sepatah katapun tidak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja cukup rasanya membuat mereka memahami apa yang mereka ingin sampaikan. Belajar dari itu, ketika diantara kita dilanda kemarahan. Jangan buat hati kita menciptakan jarak….jangan!! akan lebih baik, untuk tidak mengucapkan kata yang justru mendatangkan jarak diantara kita. Mungkin disaat itu, tidak mengucapkan apapun adalah jalan yang lebih bijaksana. Karena waktu akan membantu kita suatu saat nanti,…
 One day,….